Pages

Rabu, 19 Agustus 2015

Desa Kreatif Ala Rumah Pangan Lestari Mayah





Oleh: Moh. Khodiq Duhri
Dusun Mayah menjadi desa kreatif setelah bertahun-tahun terisolasi. Sebuah jembatan jadi pemicu kreativitas desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sukodono, Sragen itu.
Empat tahun silam, Dusun Mayah, Desa Bendo, Kecamatan Sukodono, Sragen, masih terisolasi. Tidak ada kendaraan roda empat yang bisa merambah permukiman ini. Untuk mencapai dusun itu hanya bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua setelah melintasi jembatan yang lebarnya tidak lebih dari dua meter. Pembangunan kampung berjalan lamban karena tidak ada truk atau pikap yang bisa menurunkan bahan material di kampung ini. Namun kearifan lokal masyarakat terpelihara secara dinamis.
“Rasa kekeluargaan masyarakat di dusun ini tinggi. Warga mau diajak gotong-royong memajukan kampung,” kata Juminem, 55, yang sibuk menyirami bibit tanaman terong dan pepaya.
Kearifan lokal Dusun Mayah jadi modal utama untuk menyukseskan program ketahanan pangan. Pembangunan jembatan yang diinisiasi Pemkab Sragen pada 2012 membuka lembaran baru bagi warga Mayah. Sejak saat itulah, kendaraan roda empat bisa memasuki dusun itu. Warga setempat terbebas dari belenggu isolasi yang menjerat selama bertahun-tahun.
“Jalan-jalan mulai diperlebar, ada sisa lahan di kanan dan kirinya. Saat itu, kami menanami pohon pepaya jenis california di pinggiran,” jelas Dyah Prabantari, 43, penyuluh pendamping program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Kantor Ketahanan Pangan Sragen saat ditemui di Sukodono, Selasa, 18 Agustus 2015.
Upaya melestarikan tanaman pangan di Dusun Mayah ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. Cibiran dan penolakan dari warga sekitar sempat mewarnai awal dimulainya program itu pada 2012. “Warga juga ragu tanaman itu bisa hidup saat musim kemarau tiba. Saya lalu meminta warga menampung air limbah rumah tangga. Sampai sekarang, warga tidak membuang air sisa cucian dan mandi. Air yang kotor itu masih bisa bermanfaat untuk mengairi tanaman,” katanya.
Pada awalnya, terdapat 68 ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok Sasmito Tani. Hingga kini Sasmito Tani beranggotakan lebih dari 200 orang. Mereka memanfaatkan pekarangan atau sisa lahan di sekitar rumah untuk ditanami aneka tanaman buah-buahan hingga sayuran. Warga tidak membiarkan adanya ruang kosong tanpa ditanami sayur dan buah-buahan.
“Target kami hasil panen tanaman yang dibudidayakan secara organik itu cukup untuk memenuhi kebutuhan warga sendiri. Jadi, warga tidak perlu ke pasar untuk membeli kebutuhan dapur. Kalau hasil panen masih sisa, baru boleh dijual. Syaratnya, dijual satu tanaman harus menanam dua tanaman lagi supaya tetap lestari,” terangnya.
Memasuki Dusun Mayah ibarat memasuki pasar hidup. Segala kebutuhan dapur tersaji di pekarangan dan halaman depan rumah warga. Aneka macam tanaman bisa diberdayakan dengan memanfaatkan polybag. “Pada 2014 lalu, Dusun Mayah mewakili Kabupaten Sragen pada ajang Adikarya Pangan Nusantara se-Jawa Tengah. Saat itu, Dusun Mayah meraih juara II. Tahun ini, kami margetkan bisa meraih juara I untuk mendapatkan penghargaan tertinggi di bidang pelestarian tanaman pangan ini,” kata Kasi Keamanan Pangan, Kantor Ketahanan Pangan Sragen, Budi Pranowo.
Sumber: Harian Umum Solopos, halaman Soloraya, Rabu, 18 Agustus 2015

0 komentar

Posting Komentar